Translate

Jumat, 20 Desember 2013

kisah-kisah al-quran



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Kisah
       Kisah berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Kata al-qassas adalah bentuk masdar. Firman Allah :

tA$s% y7Ï9ºsŒ $tB $¨Zä. Æ÷ö7tR 4 #£s?ö$$sù #n?tã $yJÏdÍ$rO#uä $TÁ|Ás% ÇÏÍÈ  
Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari". lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Q.S Al-Kahfi: 64).

       Maksudnya kedua orang itu kembali lagi untuk mengikuti jejak dari mana keduanya itu datang. Dan dari firman-Nya melalui lisan ibu Musa (dan berkatalah ibu Musa kepada saudaranya yang perempuan: Ikutilah dia.)
ôMs9$s%ur ¾ÏmÏG÷zT{ ÏmÅ_Áè% ( ôNuŽÝÇt7sù ¾ÏmÎ/ `tã 5=ãZã_ öNèdur Ÿw šcrããèô±o ÇÊÊÈ  
Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: "Ikutilah dia" Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya,

       Maksudnya ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya. Qasas berarti berita yang berurutan. Firman Allah dalam surat Ali-Imran: 62 yang berbunyi
¨bÎ) #x»yd uqßgs9 ßÈ|Ás)ø9$# ,ysø9$# 4 $tBur ô`ÏB >m»s9Î) žwÎ) ª!$# 4 žcÎ)ur ©!$# uqßgs9 âƒÍyèø9$# ÞOŠÅ3ysø9$# ÇÏËÈ  
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan Sesungguhnya Allah, Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
       Qasas al-quran adalah pemberitahuan al-quran tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan tentang eristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Quran banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarang bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejajk setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona.
2.2  Macam-macam kisah dalam al-qur’an
1.      Kisah para nabi. Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah serta perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan mendustakan. Misalnya kisah Nuh, Ibrahim, Isa, Muhammad serta nabi-nabi dan rasul-rasul lainnya.
2.      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa tentang kejadian di masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah orang yang keluar dari kampung halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah talut dan jalut, dua orang putra adam, penghuni gua, orang-orang yang menangkap ikan dihari sabtu (ashabus sabti), maryam, ashabul ukhud, ashabul fil dan lain-lain. Salah satu contoh diambil dari kisah dua orang putra adam yaitu Habil dan Qabil dalam surah al-Maidah ayat 27-28 yang berbunyi:
* ã@ø?$#ur öNÍköŽn=tã r't6tR óÓo_ö/$# tPyŠ#uä Èd,ysø9$$Î/ øŒÎ) $t/§s% $ZR$t/öè% Ÿ@Îm6à)çFsù ô`ÏB $yJÏdÏtnr& öNs9ur ö@¬6s)tFムz`ÏB ̍yzFy$# tA$s% y7¨Yn=çFø%V{ ( tA$s% $yJ¯RÎ) ã@¬7s)tGtƒ ª!$# z`ÏB tûüÉ)­FßJø9$# ÇËÐÈ   .ûÈõs9 |MÜ|¡o0 ¥n<Î) x8ytƒ ÓÍ_n=çFø)tGÏ9 !$tB O$tRr& 7ÝÅ$t6Î/ yÏtƒ y7øs9Î) y7n=çFø%L{ ( þÎoTÎ) Ú%s{r& ©!$# ¡>u tûüÏJn=»yèø9$# ÇËÑÈ 

          Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."
3.      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah, seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surah Ali-Imran, perang Hunain dan Tabuk dalam surah at-Taubah, perang al-Ahzab, hijrah, isra’ dan lain-lain.
2.3  Faedah dan Hikmah Kisah-Kisah dalam Al-Qur’an
a.      Diantara faedah kisah-kisah al-quran. Ialah
1.      Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh para nabi:
Dan kami tidak mengutus seseorang rasul pun sebelum kamu selainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah olehmusekalian akan Aku.” (al-Anbia’ (21): 25).
2.      Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
Dan semua kisah rasul-rasul yang kami ceritakan kepadamu adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Hud (11):120)
3.      Membenarkan para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4.      Menampakkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi
5.      Menyibak kebohongan ahli kitab dengan hujjah yang membeberkan keterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan, dan menantang mereka dengan si kitab mereka sendiri sebelum kitab itu diubah dan diganti. Misalnya firman Allah:
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’kub) untuk dirinya sendiri sebelum taurat diturunkan. Katakanlah : (jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang benar. ” (Ali ‘Imran (3):93)
6.      Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar dan menetapkan pesan-pesan yang terkandung didalamnya kedalam jiwa. Fiman Allah:
Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapa pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (Yusuf (12):111).[1]
b.      Pengulangan Kisah dan Hikmahnya
       Qur’an banyak mengandung berbagai kisah yang diungkapkan berulang-ulang dibeberapa tempat. Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam al-Quran dan dikemukakan dalm berbagai bentuk yang berbeda. Di sebagian tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedangkan di tempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara singkat dan terkadang secara panjang lebar, dan sebagainya.  Diantara himahnya ialah:
1.      Menjelaskan kebalaghahan Al-Quran dalam bentuk yang paling tinggi. Di antara keistimewaan-keistimewaan balaghah ialah menerangkan sebuah makna dalam berbagai macam susunan. Dan di tiap-tiap tempat disebut dengan susunan kalimat yang berbeda-beda dari yang telah disebutkan. Dengan demikian selalu terasa nikmat kita mendengarkan dan kita membacanya.
2.      Menunjkkan kehebatan mu’jizat Qur’an. Sebab menyebut suatu makna dalam berbagai bentuk susunan perkataan yang tidak dapat ditantang salah satunya oleh sastrawan-sastrawan arab, menjelaskan bahwasannya Al Quran itu benar-benar dari Allah.
3.      Memeberikan perhatian penuh kepada kisah tersebut. Mengulang-ulang kisah adalah salah satu cara ta’kid (pengukuhan) dan salah satu dari indikasi betapa besarnya perhatian. Misalnya kisah Musa dan Fir’aun. Kisah ini menggambarkan secara sempurna pergulatan sengit antara kebenaran dengan kebatilan. Dan sekalipun kisah itu sering diulang-ulang, tetapi pengulangannya tidak pernah teerjadi dalam sebuah surah.
4.      Karena perbedaan tujuan yang karenanyalah disebut kisah itu. Di suatu tempat diterangkan sebagiannya, karena itu saja yang diperlukan dan ditempat lain disebut lebih sempurna karena demikianlah yang dikehendaki keadaan. [2]
2.4  Contoh Kisah-kisah dalam Al-Quran
A.    Kisah Nabi Nuh Alaihissalam
      Nuh alaihissalam adalah rasul pertama yang diutus oleh Allah taala kepada penduduk bumi sesudah Adam Alaihissalam.[3] Allah mengutus Nuh kepada kaumnya untuk menyeru ibadah kepada allah semata dan meninggalkan segala bentuk ibadah kepada selainnya, seperti berhala dan lain-lain. Memperingatkan mereka dari adzab Allah jika menyelisihi dan tidak beriman kepadanya, akan tetapi mereka tetap saja dalam kekufurannya. Nuh telah mendakwai kaumnya selama 950 tahun,”dan sungguh, kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama 1000 tahun kurang 50 tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Ankabut: 14)
      Nuh terus gencar berdakwah selama kurun waktu tersebut siang-malam, terang-terangan maupun tersembunyi, dia berdebat dengan mereka dan mereka pun mendebatkannya dalam dakwahnya. Meski demikian, tidak beriman dari kaumnya kecuali sedikit. Allah tlah mengabarkan takkan beriman dari kaumnya kecuali orang yang telah beriman dan jumlah mereka itu sedikit seperti yang kami ungkapkan. Pada saat itu lah nuh berdo’a untuk kebinasaan kaumnya. Allah mengabarkan tentang do’a nuh, “ dan nuh berkata, “Ya tuhan ku janganlah engkau biarkan seorangpun diantara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungghny jika engkau biarkn mereka tinggal niscaya mereka akan menyesatkn hmba-hambamu, dan mereka hanya akan melahirkan anak-anak yang jaha dan tidak tau bersyukur.”(QS. Nuh: 26-27)
      Adh-dhahhak berkata, “Maka nuh mendo’akan kebinasaan bagi mereka saat Allah mengabarkan bahwa tidak akan beriman dari kaumnya kecuali yang telah beriman. “Imam al-qurtubi menyebutkan hal ini dalam tafsirnya dari adh-dhahaak. Ibnu kastir berkata, “sesungguhnya nuh mendo’akan kebinasaan kaumnya dengan do’a yan demikian karena pengetahuannya tentang mereka yaitus seluk-beluk kaumnyadan interaksinya den[4]gan mereka selama 950 tahun.[5]
      Allah mengabulkan do’anya lalu memerintahkannya untuk membuat perahu setelah ia selesai menyempurnakan pembuatannya dan tiba waktu kebinasaan kaumnya dengan menenggelaman, lalu Allah memerintahkannya untuk membawa apa yang kita beritakan tentangnya. Allah berfirman, “hingga apabila perintah kami datang dan tanur telah memncarkan air, kami berfirman, “ muatkanlah ke dalamnya (kapal itu) dari masing-masing hewan sepasang jantan dan betina, dan juga keluargamu kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu dan muatkan pula orang yan beriman.” Ternyata orang-orang beriman yan bersama dengan nuh hanya sedikit.”(QS. Hud: 40).
      Dan begitulah Allah membinasakan mereka dengan banjir setelah member tempo waktu yang lama, karena Allah mengulur tapi tidak lalai dan inilah balasan bagi orang-orang yang dzalim lagi kafir.
B.     Kisah lukman hakim
1.      Wasiat agar tidak berbuat syirik
Allah berfirman,” dan ingatlah ketika luqman berkata kepada anaknya, ketika dia member pelajaran kepadanya,” wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”       (QS. Luqman: 130)
            Allah menyebutkan tentang lukman dengn sebutan yang baik dan memberikan hikmah kepadanya. Allah memberitahukan kepada kita tentang nasihat lukman kepada anaknya, belahan jiwa yang paling ia sayangi. Maka, sudah sepantasnya jika anaknya mendapatkan sesuatu yang paling utama. Seorang ayah tidak menghendaki untuk anaknya melainkan kebaikan. Seorang ayah tidak menginginkan apapun dari anaknya kecuali melakukan sesuatu demi kebaikannya untuk itu lukman menasihati anaknya dan berwasiat kepadanya. Wasiat yang pertama kali ia sampaikan kepada anaknya adalah agar menyembah Allah semata, tidak berbuat syirik, dan tidak menyekutukan Allah dengan apapun jua, kemudian ia berkata memberi peringatan, “sesungguhnya menpersekutukn Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. Yakni, kedzaliman yang paling besar, karena menyamakan antara yang idak ada kenikmatan kecuali darinya, yaitu Allah dan antara yang tidak ada nikmat darinya sama sekali, dan tidak terbayangkan ada nikmat darinya yaitu selain Allah menyamakan keduanya adalah kedzaliman yang tidak terukur besarnya.[6]
2.      Wasiat untuk berbakti kepada orang tua
            Setelah lukman berwasiat kepada anaknya untuk beribadah kepada Allah semata dan memperingatkannya dari perbuatan syirik, ia mengingatkan dan mewasitkan kepada ananknya untuk bebuat baik kepada orang tua yang di wajibkan Allah.  Allah berfirman”dan kami perintahkan kepada manusia agar bebrbuat baik kepada orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah. Dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada ku kembalimu.” (QS. Luqman;14)
            Luqman menggabungkan wasiat kepada anaknya untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak melakukan kesyirikan, dengan wasiat untuk berbakti kepada kedua orang tua. Dan Allah sering menggabungkan antara perintah untuk ibadah kepadanya dengan berbakti kepada orang tua, seperti dalam firmannya,”dan Tuhanm telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu dan bapak.” (QS. Al-isra’:23)
Makna ayat, “ibuny telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tamah”, yakni ibunya melemah dan semaki melemah atau lemah yang semakin betambah dan berlipat ganda, karena kondisi kehamilan yang bertambah semakin besar maka bertambah pula berat dan semakin melemahkan.[7]
            Allah  menyebutkan derita dan kesulitan yang dialami seorang ibu, masa-masa berat dan melelahkan ketika mengandung, menyapih, dan mendidiknya agar seorang anak menjadi  ingat akan kebaian sang ibu kepadanya, serta untuk mewajibkan berbuat baik  kepada ibu secara khusus, dan mengingatkan haknya yang luar biasa besar. Dari sini Rasululla SAW bersabda kepada orang yang bertanya “siapakan yang harus aku limpahkan baktiku kepadanya? Beliau menjawab,” ibumu, lalu ibumu, lalu ibumu, lalu ayahmu[8]
Makna ayat bersyukurlah kepada ku dan kepada orang tuamu, hanya kepada akulah tempat kembalimu, yakni aku akan membalasmu atas perbuatan itu sebaik-baik dan sebanyak balasan kelak di akhirat.
            Allah mendahuluka perintah bersyukur kepadanya, karena Allah lah pemberi nikmat pertama, yaitu dengan penciptaan dan pengadaan, dan berterima kasih kepada kedua orang tua yang mana keduanya merupakan pemberi nikmat berikutny. Ini mengesankan urutan kewajiban dan hak, maka harus di dahulukan syukur kepada Allah, kemudian berterima kasih ke[9]pada kedua orang tua.[10]
2.5  Pengaruh kisah-kisah Qur’an dalam pendidikan dan pengajaran
       Tidak diragukan lagi bahwa kisah yang baik dan cermat akan digemari dan menembus relung jiwa manusia dengan mudah. Segenap perasaan mengikuti alur kisah tersebut tanpa merasa jemu atau kesal, serta unsur-unsurnya dapat dijelajahi akal sehingga ia dapat memetik dari keindahan tamannya aneka ragam bunga dan buah-buahan.
       Pengajaran yang disampaikan dengan metode talqin dan ceramah akan menimbulkan kebosanan, bahkan tidak dapat diikuti sepenuhnya oleh generasi muda kecuali dengan sulit dan berat serta memerlukan waktu yang cukup lama pula. Oleh karena itu, maka uslub qasasi (narasi) sangat bermanfaat dan banyak mengandung faedah. Pada umumnya anak suka mendengarkan cerita, memperhatikan riwayat kisah, dan ingatannya segera menampung apa yang diriwayatkan kepadanya kemudian ia menirukan dan mengisahkannya.
       Fenomena kisah kejiwaan ini sudah seharusnya dimanfaatkan oleh para pendidik dalam lapangan pendidikan., khususnya pendidikan agama yang merupakan inti pengajaran dan soko pendidikan. Dalam kisah-kisah Quran ini dapat membantu kesuksesan para pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali mereka dengan bekal pendidikan berupa peri hidup para nabi, berita-berita tentang umat terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan masyarakat dan hal ihwal bangsa-bangsa. Dan semua itu dikatakan dengan benar dan jujur. [11]

  



















BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa:
1.      Pengertian kisah al-quran . Kisah berasal dari kata al-qassu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Kata al-qassas adalah bentuk masdar.
2.      Macam-macam kisah dalam al-quran:
a.       Kisah para nabi
b.      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa tentang kejadian di masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya
c.       Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah
3.      Faedah dan hikmah kisah-kisah dalam al-quran salah satunya adalah:
a.       Faedah
Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh para nabi
b.      Hikmah
Menjelaskan kebalaghahan Al-Quran dalam bentuk yang paling tinggi dan menunjkkan kehebatan mu’jizat Qur’an
4.      Contoh kisah dalam al-quran
a.       Kisah Nuh
b.      Kisah Luqman Hakim
5.      Pengaruhnya terhadap pendidikan dan pengajaran
Tidak diragukan lagi bahwa kisah yang baik dan cermat akan digemari dan menembus relung jiwa manusia dengan mudah


[1] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa), 2010, hlm. 435-473
[2] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-Qur-an Ilmu-Ilmu Pokok dalam Menafsirkan Al-Qur-an, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra), 1997, hlm. 193
[3] Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, hlm. 223 dan Jilid 4, hlm.71

[5] Tafsir Al-Qurthubi  jilid 9 hlm. 29 dan Tafsir Ibnu Katsir jilid 4 hlm.427
[6] Tafsir Ibu Katsir, Jilid 3, hlm. 444 dan Tafsir sayyid Qurtub Jilid 5, hlm. 2288
[7] Tafsir  Az-Zamakhsyari, Jilid 3, hlm. 494
[8] Tafsir Ibn Katsir, jilid. 3, hlm.445, dan Tafsir Az-Zamakhsyari, jilid.3, hlm. 495


[10] Tafsir Ibn Katsir, jilid. 3, hlm.445, dan Tafsir Sayyid Quthub, jilid. 5, hlm.2788
[11] Manna’ Khalil al-Qattan, Op. Cit., hlm. 441

Tidak ada komentar:

Posting Komentar