BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
Asas
pendidikan seumur hidup merumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu
proses kontinu yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia.
Menurut GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat sehingga
pendidikan seumur hidup merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan
pemerintah.
Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-prinsip pembangunan nasional :
Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-prinsip pembangunan nasional :
a. Pembangunan
nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang).
b.
Pendidikan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
Konsepsi manusia Indonesia seutuhnya merupakan
konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 Pasal 4) yakni
pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
1.
Mengembangkan potensi kepribadian manusia
sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya seoptimal
mungkin. Dengan mengingat proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan wajar berlangsung seumur hidup.
2.
Dengan menjalankan sistem pendidikan seumur hidup
maka akan secara otomatis kita melestarikan ilmu pengetahuan. Melestarikan ilmu
pengetahuan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh semua orang, hal ini
dikarenakan oleh pentingnya ilmu pengetahuan dalam berlangsungnya kehidupan.
3.
Mengembangkan ilmu pengetahuan,
4.
Memelihara akal manusia,
5.
Mengaktualisasi dan
mengkualitaskan kehidupan,
6.
Memelihara keberlangsungan
kehidupan manusia,
7.
Menjaga stabilitas
kehidupan,
8.
Memelihara keseimbangan
kehidupan dunia dan akhirat,
9.
Memelihara kesinambungan
kehidupan dunia dan akhirat,
Setiap manusia hidup mempunyai hak asasi yang
sama dalam hal pengembangan diri, untuk mendapatkan pendidikan seumur hidup
untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan hidup.
Pendidikan seumur hidup dalam tinjauan ekonomi
memungkinkan seseorang untuk :
a. Meningkatkan produktivitasnya
b. Memelihara dan mengembangkan sumber-sumber
yang dimilikinya
c. Memungkinkan hidup dalam lingkunganyang
sehat dan menyenangkan
d. Memiliki motivasi dalam mengasuh dan
mendidik anak secara tepat
Pendidikan seumur hidup yang dilakukan oleh
orangtua merupakan solusi untuk memecahkan masalah pendidikan. Dengan orang tua
bersekolah maka anak-anak mereka juga bersekolah.
Pendidikan seumur hidup secara filosofi akan
memberikan dasar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
Semakin maju jaman semakin berkembang pula ilmu
pengetahuan dan teknologinya. Dengan teknologi maka pendidikan seumur hidup
akan semakin mudah. Begitu pula sebaliknya.
Pendidikan pada dasarnya dipandang sebagai
pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hidup yang disebut
development. Konseptualisasi pendidikan seumur hidup merupakan alat untuk
mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih
bernilai bagi masyarakat.
Perlunya
pendidikan seumur hidup dalam beberapa hal :
1. Pertimbangan ekonomi
Menurut pandangan tokoh pendidikan seumur
hidup, pembentukan sistem pendidikan berfungsi sebagai basic untuk memperoleh
ketrampilan ekonomis berharga dan menguntungkan. Tidak berarti mereka
menekankan bahwa pendidikan seumur hidup akan dapat meningkatkan produktivitas
pekerja dan akan meningkatkan keuntungan, tapi hal terpenting adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup, memperbesar pemenuhan diri, melepaskan dari
kebodohan, kemiskinan, dan eksplorasi.
2. Keadilan
Keadilan dalam memperoleh pendidikan seumur
hidup diusahakan oleh pemerintah. Dalam konteks keadilan pendidikan seumur
hidup pada prinsipnya bertujuan untuk mengeliminasi pesanan sekolah sebagai
alat untuk melestaikan ketidakadilan.
3. Faktor peranan keluarga
Coleman dalam “Review of Educational Research
mengemukakan keluarga berfungsi sebagai sentral sumber pendidikan pada waktu
silam. Pendidikan seumur hidup dapat memperlengkapi kerangka organisasi yang
memungkinkan pendidikan mengambil alih tugas yang dulunya ditangani keluarga.
Dalam masalah ini harus diperhatikan bahwa penekanan peranan pendidikn seumur
hidup sebagai pembantu keluarga, berarti akan memperluas sistem pendidikan agar
dapat menjangkau anak-anak awal dan orang dewasa.
4. Faktor perubahan peranan sosial
Pendidikan seumur hidup harus berisi elemen
penting yang kuat dan memainkan peranan sosial yang amat beragam untuk
mempermudah individu melakukan penyesuaian terhadap perubahan hubungan antara
mereka/orang lain.
5. Perubahan teknologi
Pertumbuhan teknologi menyebabkan peningkatan
penyediaan informasi yang berakibat pada meningkatnya usia harapan hidup dan
menurunnya angka kematian. Semakin banyaknya tersedia kekayaan materi yang
berakibat kenudiaan dan materialisme menjiwai nilai-nilai budaya dan spiritual
serta berakibat pula kerenggangan dan keterasingan manusia satu dengan lainnya.
6. Faktor vocational
Pendidikan vocational diberikan untuk
mempersiapkan tenaga kejuruan yang handal, trampil untuk menghadapi tantangan
masa depan.
7. Kebutuhan-kebutuhan orang dewasa
Orang dewasa mengalami efek cepatnya perubahan
dalam bidang ketrampilan yang mereka miliki, maka diupayakan sistem pendidikan
yang mampu mendidik orang dewasa. Secara radikal perubahan pandangan mengenai
kapan seseorang harus disekolahkan dan sekolah apa yang dalam hal ini
memerlukan politik pendidikan seumur hidup.
8. Kebutuhan anak-anak awal
Para ahli mengakui bahwa masa anak-anak awal
merupakan fase perkembangan yang mempunyai karakteristik tersendiri bukan
semata-mata masa penantian untuk memasuki periode anak-anak, remaja dan dewasa.
Masa anak-anak awal merupakan basis untuk perkembangan kejiwaan selanjutnya
meksipun dalam tingkat tertentu pengalaman-pengalaman yang datang belakangan
dapat memodifikasi perkembangan yang pondasinya sudah diletakkan oleh
pengalaman sebelumnya.
Menurut
Prof. Soelaiman Joesoef strategi dalam rangka pendidikan seumur hidup :
1. Konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup :
1. Konsep-konsep kunci pendidikan seumur hidup :
a.
Konsep pendidikan seumur hidup itu sendiri
Pendidikan
seumur hidup diartikan sebagai tujuan atau ide untuk pengorganisasian dan
penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan, yang meliputi seluruh rentangan
usia ini.
b.
Konsep belajar seumur hidup
Konsep
ini menyatakan bahwa pelajar belajar karena respon terhadap keinginan yang
didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan menyediakan kondisi-kondisi
yang membantu belajar. Belajar menunjukkan kegiatan yang dikelola walaupun
tanpa organisasi sekolah dan kegiatan ini justru mengarah pada penyelenggaraan
asas pendidikan seumur hidup.
c.
Konsep metode belajar seumur hidup
Sistem
pendidikan (metode belajar) bertujuan membantu perkembangan orang-orang secara
sadar dan sistematik respons untuk beradaptasi dengan lingkungan seumur hidup.
d.
Kurikulum yang membantu pendidikan seumur hidup
Kurikulum
dirancang atas dasar prinsip pendidikan seumur hidup yang praktis untuk
mencapai pendidikan dan mengimplementasi prinsip-prinsip pendidikan seumur
hidup.
a.
Pendidikan seumur hidup kepada orang dewasa
Pemuda
atau orang dewasa memerlukan pendidikan seumur hidup dalam rangka pemenuhan
self interest yang merupakan tuntutan hidup mereka self interest antara lain :
kebutuhan baca tulis, latihan dan ketrampilan.
b.
Pendidikan seumur hidup bagi anak
Pendidikan
seumur hidup bagi anak merupakan hal yang sangat penting karena anak akan
menjadi tempat awal bagi orang dewasa nantinya. Program yang kegiatan yang
disusun buat anak antara lain : kecakapan baca tulis, ketrampilan dasar dan
mempertinggi daya pikir anak sehingga memungkinkan anak terbiasa belajar
berpikir kritis dan mempunyai pandangan kehidupan yang dicita-citakan.
Bahwa
manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu
kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan
kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama
itulah pendidikan masih berjalan terus.
Pendidikan
sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang
hidup dalam dunia transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling
mempengaruhi seperti saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia
dituntut untuk menyesuaikan dirinya secara terus menerus dengan situasi baru.
Pendidikan
sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan pada
sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam
menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad
terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tutuntutan
manusia yang makin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat
pendidikan dari sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat.
Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel.
Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus menerus.
Menurut
konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan dianggap
sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu sistem
yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta kebutuhan
masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah maju akan memiliki
kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian
besar masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf, maka upaya
pemeberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat prioritas dalam
sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang telah maju
pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan memperoleh perhatian dalam
sistem ini.
Pendidikan
bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai segera setelah anak
lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu
menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat .
Keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang
individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak
diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua – anak. Dalam
berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan
tertentu sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.
Pendidikan
di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah merupakan lembaga
tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah keluarga, sehingga
mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya. Sekolah diselenggarakan
secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang ada di dalam kehidupan,
dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan sekelilingnya. Oleh
karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan
masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya. Dalam kehidupan modern seperti
saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang
diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani
oleh keluarga. Materi yang diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan
pengembangan pribadi anak, berisikan nilai moral dan agama, berhubungan
langsung dengan pengembangan sains dan teknologi, serta pengembangan
kecakapan-kecakapan tertentuyang langsung dapat dirasakan dalam pengisian
tenaga kerja.
Pendidikan
di masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang diselenggarakan di luar keluarga
dan sekolah. Bentuk pendidikan ini menekankan pada pemerolehan pengetahuan dan
keterampilan khusus serta praktis yang secara langsung bermanfaat dalam
kehidupan di masyarakat. Phillip H.Coombs (Uyoh Sadulloh, 1994:65) mengemukakan
beberapa bentuk pendidikan di masyarakat, antara lain : (1) program persamaan
bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau putus sekolah; (2) program
pemberantasan buta huruf; (3) penitipan bayi dan penitipan anak pra sekolah;
(4) kelompok pemuda tani; (5) perkumpulan olah raga dan rekreasi; dan (6) kursus-kursus
keterampilan.
Adalah
satu kebutuhan vital bagi manusia dalam usaha mengembangkan diri serta
mempertahankan eksistensinya adalah melalui belajar yang dilakukan sepanjang
hayatnya. Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan yang
selalu berubah. Keharusan belajar sepanjang hayat sudah disepakati para pakar.
Jauh sebelum itu, Islam adalah agama pertama yang merekomendasikan keharusan
belajar seumur hidup. Rasulullah Muhammad SAW memotivasi umatnya dalam hadits:
“Menuntut
ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian
sampai lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar”.
Belajar
sepanjang hayat ini dikemukakan pula oleh Edgar Faure dari The
International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi
Internasional Pengembangan Pendidikan. Sebagai ketua Komisi tersebut Edgar
Faure mengatakan : With its confidence in man’s capacity to
perfect himself through education, the Moslem world was among the first to
recommend the idea of lifelong education, exhorting Moslem to educate
themselves from cradle to the grave. (Faure, 1972, h.8)
Islam
mewajibkan pemeluknya untuk belajar dan mengembangkan kemampuan nalarnya secara
terus menerus bukan saja terhadap objek-objek di luar dirinya, tetapi juga
terhadap kehidupannya sendiri baik sebagai perorangan maupun sebagai suatu
komunitas.
Seperti
dikemukakan oleh Andrias Harefa (2000) bahwa pembelajaran akan mampu membuat
manusia tumbuh dan berkembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan
mandiri. Manusia mengalami transformasi diri, dari belum/tidak mampu menjadi
mampu atau dari ketergantungan menjadi mandiri. Dan, transformasi diri ini
seharusnya terus terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti belajar,
asal ia tetap menyadari keberadaannya yang bersifat present continuous, on
going process, atau on becoming. Persoalannya adalah, sebagian besar manusia
tidak mendisiplinkan dirinya untuk tetap belajar tanpa henti. Sebagian besar
manusia berhenti belajar setelah merasa dewasa. Sikap gede rasa ini umumnya
disebabkan oleh kebodohan yang bersifat sosial dan mental / psiko-spiritual.
Sebagian orang merasa telah dewasa karena telah berusia di atas 17 atau 21,
atau telah selesai sekolah atau kuliah, telah memiliki gelar akademis, telah
memiliki pasangan hidup, telah memiliki pekerjaan dan jabatan yang memberinya
nafkah lahiriah. Hal-hal itu telah membuat mereka berhenti belajar, sehingga
tidak lagi mengalami transformasi-transformasi dalam kehidupannya, sehingga
mereka tidak siap mengantisipasi perubahan-perubahan yang timbul. Sebaliknya
bagi mereka yang senantiasa menjadikan proses belajar merupakan bagian dari
kehidupannya mereka akan senantiasa siap mengantisipasi perubahan yang timbul
atau bahkan perubahan yang diperoleh mereka sebagai akibat langsung dari proses
belajar yang senantiasa mereka lakukan. Konsekwensi perubahan yang terjadi akan
menjadi titik tolak bagi mereka untuk senantiasa terus belajar – on becoming a
learner istilah yang dipakai Andrias Harefa- untuk selalu siap mengantisipasi
perubahan yang akan muncul lagi sebab perubahan merupakan sesuatu yang abadi,
selamanya akan muncul on and on.
Kegiatan
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok diantaranya kegiatan
yang terjadi pada jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
Pada
jalur pendidikan luar sekolah, sejak kehadirannya, kegiatan pembelajaran
kelompok menjadi ciri utama. Dalam perkembangannya, kegiatan pembelajaran dalam
pendidikan luar sekolah telah memperoleh dukungan dari berbagai teori
pembelajaran dan dari pengalaman para praktisi di lapangan sehingga muncul
kegiatan pembelajaran partisipatif. Dewasa ini pembelajaran partisipatif tidak
saja digunakan dalam program-program pendidikan luar sekolah tetapi juga di
beberapa kawasan di dunia ini, dan telah diserap serta diterapkan pada
program-program pendidikan sekolah. Dengan demikian pembelajaran partisipatif
telah menjadi bagian dari strategi pembelajaran yang dapat digunakan dan
dikembangkan di dalam proses pendidikan baik di satuan pendidikan sekolah
maupun satuan pendidikan luar sekolah.
Upaya
penerapan pembelajaran partisipatif pada pendidikan sekolah dapat dipertegas
dengan menekankan peranan pendidik untuk membantu peserta didik melakukan
kegiatan belajar secara aktif dan partisipatif. Keterlibatan pendidik dapat
meliputi dua hal penting, diantaranya, pertama, dalam penyusunan dan
pengembangan program belajar serta yang kedua, dalam upaya menumbuhkan kondisi
supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar partisipatif. Keterlibatan
dalam penyusunan dan pengembangan program pembelajaran, pendidik bersama
peserta didik melakukan asesmen kebutuhan belajar; identifikasi sumber-sumber
dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran; menyusun tujuan belajar,
menetapkan komponen dan proses pembelajaran, serta melaksanakan dan menilai
program pembelajaran. Keterlibatan pendidik dalam menumbuhkan situasi belajar
yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar meliputi upaya menciptakan iklim
belajar yang partisipatif. Knowles mengemukakan ada tujuh langkah pendidik yang
dapat membantu peserta didik untuk belajar partisipatif. Ketujuh langkah
tersebut adalah membantu peserta didik untuk: (1) menumbuhkan keakraban yang
mendorong untuk belajar, (2) menjadi anggota kelompok dan belajar dalam
kelompok, (3) mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) merumuskan tujuan belajar,
(5) menyusun pengalaman belajar, 6) melaksanakan kegiatan belajar, dan (7)
melakukan penilaian terhadap proses, hasil, dan pengaruh belajar.
Produk
dari suatu proses pembelajaran baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar
sekolah adalah perubahan tingkah laku peserta didik selama dan setelah
mengikuti proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut mencakup ranah
(domain) afektif, kognitif, dan psiko-motorik serta konatif. Ranah afektif
adalah sikap dan aspirasi peserta didik dalam lingkungannya melalui tahapan
penerimaan stimulus, respons, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi
diri dalam menghadapi stimulus dari lingkungan. Ranah Kognitif adalah kecakapan
peserta didik yang diperoleh melalui pengetahuan, pemahaman, penggunaan,
analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap sesuatu berdasarkan asas-asas dan
fungsi kelimuan. Asas keilmuan yang objektivitas, observabilitas, dapat diukur,
dan bernilai guna, sedangkan fungsi keilmuan adalah menggambarkan, menjelaskan,
memprediksi, dan mengandalkan. Psiko-motorik atau skills adalah penguasaan dan
penggunaan sesuatu keterampilan melalui tahapan rangsangan, kesiapan merespons,
bimbingan dlam melakukan respons, gerakan mekanik, respons yang lebih kompleks,
adaptasi, dan melakukan sendiri. Tegasnya perubahan tingkah laku peserta didik
dalam ranah afektif, kognitif, psiko-motorik, dan konatif merupakan produk pembelajaran.
Implikasi
diartikan sebagai akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan tentang
pelaksanaan pendidikan seumur hidup. Menurut W.P Guruge dalam buku Toward
Better Educational Management, implikasi pendidikan seumur hidup pada program
pendidikan adalah :
1. Pendidikan baca tulis fungsionalPendidikan
baca tulis sangatlah penting bagi masyarakat, baik negara maju maupun negara
berkembang. Realisasi baca tulis fungsional memuat :
a. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik.
b. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.
a. Memberikan kecakapan membaca, menulis, menghitung (3M) yang fungsional bagi anak didik.
b. Menyediakan bahan-bahan bacaan yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut kecakapan yang telah dimilikinya tersebut.
2. Pendidikan vokasional
Pendidikan vokasional sebagai program
pendidikan di luar sekolah bagi anak di luar batas usia sekolah atau sebagai
program pendidikan formal dan non formal dalam rangka ‘apprentice ship training
merupakan salah satu program dalam pendidikan seumur hidup. Namun pendidikan
vokasional tidak boleh dipandang sebagai jalan pintas tetapi tetap dilaksanakan
secara kontinu.
3. Pendidikan professional
Sebagai realisasi pendidikan seumur hidup,
dalam tiap profesi hendaklah tercipta built in mechanism yang memungkinkan golongan
profesional terus mengikuti berbagai kemajuan dan perubahan menyangkut
metodologi, perlengkapan, terminologi, dan sikap profesionalnya.
4. Pendidikan ke arah perubahan dan pembangunan
Pendidikan bagi anggota masyarakat dari
berbagai golongan usia agar mereka mampu mengikuti perubahan sosial dan
pembangunan juga merupakan konsekuensi penting dari asas pendidikan seumur
hidup.
5. Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan
politik
Pendidikan kewarganegaraan dan kedewasaan
politik perlu diberikan dalam pendidikan seumur hidup bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara baik menjadi rakyat maupun pimpinan.
6. Pendidikan kultural dan pengisian waktu
senggang
Pendidikan kultural dan pengisian waktu
senggang perlu diberikan secara konstruktif sebagai bagian konsep long life
education. Dengan cara ini waktu senggang dapat dimanfaatkan berbasis budaya
yang baik sehingga pendidikan seumur hidup dapat berjalan menyenangkan.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada
akhir tulisan ini penulis menyimpulkan bahwa Belajar
sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan
berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan
dengan fase-fase perkembangan pada manusia. Oleh karena setiap fase
perkembangan pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar
dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka belajar itu dimulai dari masa
kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari fase-fase
perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada keharusan untuk
belajar secara terus menerus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar